Tersadar
Oleh: Desy Yusnia
Sudah
menjadi ritual dipagi hari yang terkadang cerah, aku berangkat ke suatu lembaga
pendidikan untuk mengenyam ilmu tanpa berpamitan pada orang tua. Namun, sudah
menjadi ingatan dalam pikiran mereka pula bahwa hal tersebut adalah kebiasaan
burukku. Tidak pernah sekalipun hinggap rasa lelah dalam diri ibu untuk
menjalankan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga dan seorang pekerja. Disaat
ayam jantan
melaksanakan kebiasaan pada dini hari untuk sekedar menyapa mentari dan hawa dingin dihangati dengan kumandangan adzan subuh, ibu telah bergegas bangun dari lelap tidurnya dan menyiapkan segala sesuatu yang ayah dan aku butuhkan. Namun hal itu tidak pernah aku sadari. Sebelum mengangkat kaki dari rumah menuju sekolah, ibu selalu berpesan “Manfaatkan ilmu yang kau dapatkan sebaik mungkin, nak.” dan dengan mudahnya suaru itu aku tinggalkan begitu saja.
melaksanakan kebiasaan pada dini hari untuk sekedar menyapa mentari dan hawa dingin dihangati dengan kumandangan adzan subuh, ibu telah bergegas bangun dari lelap tidurnya dan menyiapkan segala sesuatu yang ayah dan aku butuhkan. Namun hal itu tidak pernah aku sadari. Sebelum mengangkat kaki dari rumah menuju sekolah, ibu selalu berpesan “Manfaatkan ilmu yang kau dapatkan sebaik mungkin, nak.” dan dengan mudahnya suaru itu aku tinggalkan begitu saja.
“Kamu
sudah pulang? Gimana tadi di sekolah? Lancar?” itu adalah pertanyaan andalan
ibu yang selalu terlontar saat aku tiba dirumah. Aku lelah, kepalaku terasa
ingin memuntahkan segala isi yang telah menggerogoti memori ingatan dalam
otakku. Dan pertanyaan ibu menjadi puncak kejenuhanku. Namun, ibu selalu
terlihat biasa dengan perlakuanku yang sering mengacuhkannya. “Ayo nak, makan
siang dulu. Ibu sudah buatkan makanan kesukaanmu.” teriak ibu dari arah meja
makan. Aku segera menghampiri hidangan tersebut dengan perut yang sudah meronta
– ronta untuk dapat diberikan asupan energi. Dan lagi, aku makan tanpa ucapan
terimakasih kepada ibu.
Hari
itu, kali pertama aku tidak langsung pulang kerumah usai sekolah. Aku mengikuti
jejak teman–temanku untuk menyusuri keindahan pantai di sore hari. Sungguh
suatu keberuntungan dapat menikmati kehangatan hamparan pasir yang di hiasi
ombak dengan suara khasnya, serta memandang langit berlatarkan warna orange
yang menghiasi sebagian langit yang ingin bersembunyi di balik riak–riak air.
Ada perasaan magis ketika aku dapat menyusuri hamparan pasir pantai pada malam
itu. Terasa kelapangan dalam dada dan pikiran yang selama ini telah
terkontaminasi dengan berbagai macam kalimat–kalimat penghias kehidupan kini
terasa lebih ringan dan tenang. Aku hirup sekuat-kuatnya udara malam di pantai
itu. Hingga tak sadar bahwa pipiku telah dibasahi oleh tetes demi tetes nikmat
dari-Nya. Hujanpun turun dengan deras, aku bersama teman–teman memilih untuk
berteduh dan menunggu hingga hujan reda.
Keadaan
dirumah mulai tidak karuan ketika mendapati aku belum juga sampai dirumah tepat
waktu pada sore itu dan ponselku tidak dapat dihubungi karena kehabisan daya.
Terlihat jelas pula kekhawatiran yang nampak pada diri ibu ketika hujan mulai
menemani hawa dingin yang menyelimuti malam itu. Ibu bergegas pergi mengitari
jalan tanpa menghiraukan perhatian dari ayah. Namun perjalanan ibu tidak
membuahkan hasil.
Hujan
mulai reda ketika waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku bersama
teman–teman bergegas pulang. Dan aku dapati ibu dengan setia menungguku di depan
pintu dan terlihat menggigil karena ditemani hawa dingin pada malam itu. Melihat
aku datang dari kejauhan, ibu terlihat bergembira, dan dengan sigap ia langsung
memelukku dan membiarkan aku hangat dalam peluknya. “Nak, kamu ganti baju dulu
ya supaya tidak masuk angin. Akan ibu buatkan teh hangat untukmu.” ucapan ibu
yang menghantarkanku ke kamar. Akhirnya ibu datang membawa segelas teh hangat
yang dibalut dengan kasih sayang buatannya, menghampiriku yang sedang termenung
dikamar. Ibu membiarkanku menghabiskan secangkir teh hangat itu dan memberikan
aku waktu untuk beristirahat tanpa mengeluarkan satu ataupun dua kalimat
pertanyaan. Akupun mengambil keputusan untuk membiarkan tubuh lelahku
terbaring.
Terasa
sesak di dada, tubuhku terbujur kaku dan mataku tak dapat menahan getaran yang
ingin mengeluarkan tetes demi tetes air untuk membasuh pipi yang telah lama di
manjakan oleh sentuhan halus bibir seorang ibu. Aku rasakan kehangatan dan
ketulusannya, walaupun dalam keadaan berpura-pura telah terlelap, aku rasakan
ibu menahan derai tangis ketika menyentuhku. Entah apa yang ada dalam pikiran
beliau aku tidak mengetahuinya, namun yang aku tahu ketulusan itu ada dalam
setiap tindakannya. Dengan sigap tangan itu ku raih saat aku rasakan ibu ingin
berlalu dari peristirahatanku dan kembali ke kamarnya. Di saat itulah, kedua
bola mata indah yang terlihat jelas menahan genangan air bertemu. Aku peluk
erat tubuhnya, hangat, seakan itu kali pertama aku mendapati kehangatan yang
tulus dari seorang ibu. Tanganku seakan tak ingin lepas melingkari tubuhnya
karena yang aku pikirkan saat itu bahwa hal itu tak akan terulang kembali jika
aku melepaskannya. “Ibu, maafkan aku. Aku sayang ibu.” kalimat penyesalanku
yang muncul dari hati mengisi keheningan malam itu.
Selamat Hari Ibu, how lucky I'm to have best person like you, miss you :)
jadi terharu, inget sama mamahku juga :'(
BalasHapusGood job desyyyy,,,
BalasHapuskerennn, selalu jadi anak yang membanggakan yaa!!1
BalasHapusAmin, insyaAllah 😗
Hapusselamat hari ibuuu :)
BalasHapuskeerreeeenn buuukk .
BalasHapusMendadak jadi... :'(
BalasHapusTak kasi tisu ini, {}
HapusGood story des,,,
BalasHapusArigatouuu 😱
Hapussayang mama ({})
BalasHapusselamat hari ibu. Sudah sepatutnya kita berbakti kpda ibu kita yg telah bersusah payah mempertaruhkan nyawa ketika mereka melahirkan kita
BalasHapusJadi galau deeeh. Selamat hari Ibu untuk calon para Ibu guys :D
BalasHapusjadi keinget ibu des. nasib anak rantau yg jarang berjumpa. semoga kita bisa jadi anak-anak yang membanggakan ortu kita ya. aamiin :))
BalasHapusAmin ya Allah
Hapusmewek nie,, :'( sayang ibuukk..
BalasHapusibu itu emang segalanya . . . .
BalasHapusgood cerpen (y)
BalasHapusibunya cantik
BalasHapuswah mbak penulis membahas tentang ibu,, aku jadi kangen ibu ku, karena sudah lama tidak bertemu dan bercengkrama dengannya,,,
BalasHapusibu ni am terindah.. :D
BalasHapus